Peran literasi digital dalam meningkatkan daya saing ekonomi digital Indonesia

banner 468x60
Peran literasi digital dalam meningkatkan daya saing ekonomi digital Indonesia

JurnalPost.com – Di era masyarakat yang terhubung saat ini, mekanisme perolehan informasi dan pengolahan data telah bergeser. Kemampuan beradaptasi di tengah padatnya arus informasi sudah menjadi keterampilan wajib. Keterampilan seperti membaca, menulis, dan berhitung merupakan keterampilan dasar yang dipelajari manusia sepanjang hidupnya, namun perkembangan ke arah ini didorong oleh perkembangan teknologi. Kurikulum lembaga pendidikan sejalan dengan perkembangan teknologi seperti menghilangkan konten usang, memasukkan disiplin ilmu baru dan berinovasi melalui alat dan teknik baru. Kondisi ini tercermin di banyak sekolah negeri AS yang tidak lagi mengajarkan huruf kursif. Anak-anak kini belajar menulis dan menulis menggunakan teknologi seperti tablet dan komputer, dan di beberapa negara maju perangkat pengajaran seperti papan tulis, kapur tulis, dan papan tulis telah digantikan oleh papan Promethean (Bandura & Elena 2022).

Literasi digital
Fenomena tersebut berarti telah terjadi pergeseran literasi media masyarakat. Literasi diartikan sebagai kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami, menafsirkan, mencipta, mengkomunikasikan dan menghitung dengan menggunakan bahan-bahan cetak dan tertulis yang dihubungkan dalam konteks yang berbeda (Pinney 2020). Dalam perkembangan teknologi saat ini juga dikenal konsep literasi digital yang diartikan sebagai pengetahuan yang berkaitan dengan literasi seperti yang telah dijelaskan di atas, dan keterampilan dalam penggunaan media digital, seperti alat komunikasi, jaringan internet, dan lain-lain.

banner 336x280

Menurut Buku Status Literasi Digital Indonesia 2022 yang digagas Kominfo dan Katadata Insight Center (2022), status literasi digital Indonesia pada tahun 2022 meningkat menjadi 3,54 dibandingkan tahun sebelumnya, dimana pengukurannya menggunakan empat pilar yaitu:

1. Keterampilan digital. Pilar ini mendefinisikan penguasaan keterampilan digital. Penguasaan teknologi informasi merupakan hal yang mutlak, kondisi ini juga diperkuat dengan berkembangnya teknologi kecerdasan buatan (AI), machine learning, robot, big data, dan cloud computing yang akan semakin menghidupkan kembali persaingan pekerjaan tradisional, terutama bagi mereka yang memiliki keterampilan digital rendah. . (Mihai dkk. 2023).

2. Etika digital. Pilar ini penting karena banyak terjadi kasus terkait penggunaan bahasa tidak etis di jejaring sosial, termasuk fenomena cyberbullying, cyberstalking, dan kasus pelecehan melalui teknologi digital. Masyarakat juga harus memahami privasi dalam konteks etika. AI berpotensi menjadi titik persimpangan antara etika dan kepentingan publik, seperti yang ditunjukkan pada penggunaan aplikasi pengawasan yang menggunakan AI untuk menciptakan perdebatan antara privasi pasien dan kebutuhan kesehatan yang lebih luas. (Stahl, 2021)

3. Keamanan digital. Meningkatnya kasus penipuan dan kecurangan melalui media digital menandakan bahwa masyarakat masih perlu memperkuat keamanan digital. Pendidikan privasi adalah suatu keharusan yang mutlak, karena perkembangan Internet telah menyebabkan kondisi dan kesenjangan keamanan digital yang tidak terbatas. Kemunculan Internet telah memungkinkan terjadinya ledakan kejahatan online yang melintasi batas negara, yang mana instrumen, norma, dan organisasi nasional dan internasional belum terbentuk (Macia & Goyal, 2021).

4. Budaya digital. Pilar ini menjelaskan bagaimana teknologi digital dapat mewakili budaya lokal. Pendekatan nilai dan etika mendapat prioritas tinggi dalam interaksi di era media sosial ini. Namun dalam konteks yang lebih luas, terdapat kekhawatiran mengenai kebocoran kekayaan intelektual melalui teknologi yang dipaksakan (Ciuriak, 2021). Budaya masyarakat juga perlu diperhatikan agar terbiasa menggunakan produk asli dan menghindari tersebarnya produk abal-abal, penggunaan software dan film bajakan, mengingat banyaknya produk palsu yang tersebar dipasaran saat ini.

Ekonomi digital dan kemungkinan e-commerce
Indonesia memiliki 62,1% dari total populasi pengguna internet (BPS 2021) dan terus bertambah setiap tahunnya. Tingkat literasi digital masyarakat Indonesia dan kemampuan mengakses media digital mempengaruhi berbagai sektor, termasuk sektor ekonomi digital.

Gambar 1. Laporan e-Conomy SEA 2023. Sumber ilustrasi: Google, Temasek dan Bain & Company (2023)

Mengutip laporan Google, Temasek dan Bain & Company (2023) yang menyatakan bahwa di tengah dampak hambatan makro, perekonomian Indonesia diperkirakan akan pulih dan mencapai ~$110 miliar pada tahun 2025, terutama di sektor e-commerce. Tentunya sebagai negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara, Indonesia semakin mempunyai peluang untuk memaksimalkan dampak kemajuan teknologi digital dalam mencapai manfaat ekonomi, sehingga tingkat literasi digital masyarakat Indonesia menjadi penentu tercapainya peluang tersebut. .
Kontribusi literasi digital terhadap perkembangan ekonomi digital

Melalui teknologi digital, masyarakat kita kini lebih terbiasa mencari, mengolah, dan menggunakan data, sehingga ungkapan data sebagai Minyak Baru sudah menjadi hal yang lumrah.

Gambar 2. Google Trends dalam presentasi perbandingan produk. Sumber ilustrasi: Google Trends

Masyarakat saat ini dapat memanfaatkan big data untuk melakukan penelitian di tingkat lokal, provinsi, dan nasional. Gambar 2 merupakan ilustrasi cara melihat perbandingan tingkat minat suatu produk pada kategori belanja. Umumnya, diperlukan berbagai tingkat penelitian dan pengolahan data untuk melakukan penelitian di tingkat nasional, namun berkat literasi digital, masyarakat kini dapat melakukan penelitian dengan cepat dan mudah.

Melalui keterampilan literasi digital, masyarakat dapat menentukan potensi peluang ekonomi yang dapat dikembangkan melalui e-commerce. Fenomena yang teridentifikasi dalam survei kondisi literasi digital di Indonesia yang dilakukan Kominfo dan Katadata Insight dapat diterjemahkan ke dalam berbagai peluang ekonomi, antara lain:

1. Kecenderungan masyarakat mengakses Internet melalui telepon seluler.

Gambar 3. Ilustrasi penggunaan telepon genggam. Sumber foto: Perusahaan PhotoMix/Pexels

Kondisi ini dapat menjadi acuan masyarakat untuk memilih pasar yang memiliki aplikasi mobile. Begitu pula jika masyarakat ingin mempromosikan produk atau jasanya melalui website, maka perlu memilih website yang mobile/smartphone responsive. Hal ini diperlukan untuk memudahkan nasabah dalam mengakses informasi sehingga peluang terjadinya transaksi semakin besar. Fenomena ini juga merupakan peluang ekonomi bagi para pengembang aplikasi berbasis telepon seluler, karena keterampilan mereka semakin dibutuhkan.

2. Tren pola waktu akses internet tertinggi.

Gambar 4. Perbandingan akses berdasarkan wilayah. Sumber ilustrasi: Kominfo dan Katadata Insight Center

Kemampuan literasi digital semakin memungkinkan masyarakat memetakan peluang terbesar agar produknya dapat dilihat secara maksimal. Berdasarkan Gambar 4, Indonesia Bagian Timur memiliki akses Internet tertinggi pada pukul 10:01 hingga 12:00, sedangkan Indonesia Barat dan Tengah memiliki waktu akses puncak pada pukul 19:01 hingga 21:00. Data tersebut dapat menjadi referensi bagi masyarakat Indonesia Barat, Tengah, dan Timur untuk menentukan waktu yang tepat dalam mengiklankan produknya, baik melalui iklan di media sosial seperti Instagram, YouTube, Facebook, dan juga menentukan waktu peluncuran yang tepat, sehingga mereka dapat menjangkau audiens potensial yang lebih besar di berbagai wilayah.

3. Penggunaan media sosial dan kebiasaan konsumsi berita online.

Gambar 5. Ilustrasi media sosial. Sumber foto: Kerde Severin/Pexels

Perkembangan media sosial telah mengalami banyak perubahan. Jika dulu fungsi teknologi informasi hanya digunakan sebagai media komunikasi, namun saat ini telah berkembang sebagai sarana promosi, periklanan dan berkembang menjadi sarana hiburan (Saepudin dkk. 2023). Fenomena tersebut ditangkap oleh industri dengan mengembangkan konsep platform yang dapat memudahkan proses transaksi, yang umumnya berbentuk marketplace, sehingga dapat langsung menghubungkan produk-produk yang telah direview oleh pembuat konten melalui media sosial, sehingga memudahkan. bagi konsumen untuk mendapatkan produk dan mendukung perdagangan sosial (s-commerce).

4. Masalah hoax

Gambar 6. Pusat Informasi Hoax. Sumber gambar: Kominfo.go.id

Penyebaran hoax masih menjadi permasalahan tersendiri karena dapat mengganggu dan menjadi penghambat perkembangan digital di Indonesia. Keadaan ini diperparah dengan berkembangnya teknologi informasi yang juga digunakan untuk menyebarkan berbagai hoax lain yang memecah belah negara kesatuan di Indonesia, dan di negara ini literasi digital menjadi sangat penting. Salah satu cara untuk mengecek hoax adalah website kominfo.go.id yang aktif menyajikan berbagai informasi yang sudah resmi dinyatakan hoax.

Penutupan
Sebagai bagian dari masyarakat global, masyarakat Indonesia tidak bisa lepas dari pusaran evolusi teknologi informasi. Beradaptasi dengan literasi digital penting untuk bersaing dalam masyarakat yang terhubung saat ini. Tingkat literasi digital masyarakat sangat penting bagi kemampuan masyarakat Indonesia untuk berkembang belajar, memahami, memetakan, memitigasi risiko dan juga menentukan strategi yang tepat untuk bersaing di e-commerce saat ini.

Profil penulis

Ancelmus Andi Pratama, S.Kom adalah pakar muda penggiat swadaya masyarakat di Kementerian Desa PDTT, yang sedang menempuh studi Magister Transformasi Digital dan Daya Saing di Hubungan Internasional UGM. Gelar Sarjana Ilmu Komputer, FMIPA, Universitas Udayana

Tautan :
Bandura, R., & Leal, EIM (2022). Pentingnya literasi digital. Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS). http://www.jstor.org/stable/resrep42041
Ciuriak, D. (2021). Kekayaan Intelektual dan Ekonomi Digital: Lima Pertanyaan untuk Standar Internasional dan Aturan Perdagangan. Dalam Jurnal Elektronik SSRN. Elsevier BV. https://doi.org/10.2139/ssrn.3923127
Google, Temasek, Bain & Perusahaan. (2023). E-Conomy SEA 2023. Diakses 2 Mei 2024. Dari https://services.google.com/fh/files/misc/e_conomy_sea_2023_report.pdf
Kementerian Komunikasi dan Informatika. (2024). Laporkan masalah tipuan. Diakses 2 Mei 2024. Dari https://www.kominfo.go.id/content/all/report_isu_hoaks
Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Pusat Kajian Katadata (2022). Keadaan Literasi Digital di Indonesia 2022.
Macia, Dirjen, Goyal, R. (2021). Keuangan; Pembangunan, Maret 2021. Bidang Keuangan; Perkembangan (tahun 0058, nomor 001, hal. 1). Dana Moneter Internasional (IMF). https://doi.org/10.5089/9781513566498.022
Mihai, F., Aleca, OE, & Gheorghe, M. (2023). Transformasi digital berdasarkan teknologi AI di organisasi Uni Eropa. Dalam Elektronika (Vol. 12, Nomor 11, hal. 2386). MDPI AG. https://doi.org/10.3390/electronics12112386
Pinney, L. (2020). Apakah literasi merupakan hal yang kita perlukan dalam masyarakat dengan data yang tidak setara? Dalam M. Engebretsen & H. Kennedy (Eds.), Visualisasi Data dalam Masyarakat (hlm. 223–238). Pers Universitas Amsterdam. https://doi.org/10.2307/j.ctvzgb8c7.20
Saepudin, EA, Hartoko, G., & Amelia Putri, R. . (2024). Analisis kebijakan pemerintah berdasarkan Peraturan No. 31 Tahun 2023 untuk menutup bisnis tiktok dalam upaya menyelamatkan pedagang konvensional di Indonesia. Jurnal Ilmu Hukum, 6(1), 153-158. https://doi.org/10.35335/jls.v6i1.4549
Stahl, SM (2021). Kecerdasan buatan untuk masa depan yang lebih baik. Dalam SpringerBriefs dalam Tata Kelola Riset dan Inovasi. Penerbitan Internasional Springer. https://doi.org/10.1007/978-3-030-69978-9

Quoted From Many Source

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *