Warga Kampung Bayam berjuang mencari harapan pasca penggusuran: Ekonomi terpuruk, warga terpaksa bertahan hidup

banner 468x60
Warga Kampung Bayam berjuang mencari harapan pasca penggusuran: Ekonomi terpuruk, warga terpaksa bertahan hidup
Sumber: platform x.com (@pxncake)

Penulis: Naza Gina Azkia, Fika Lutfiah Gayatri, Maya Albiyanti,
Grace Natalia Marpaung SE, M.Si
Ekonomi Pembangunan, Universitas Negeri Semarang

JurnalPost.com – Kampung Bayam, Jakarta Utara dulunya merupakan kawasan kumuh yang sebagian warganya memanfaatkan lahan tersebut sebagai lahan pertanian. Kini menjelma menjadi kawasan pengembangan olah raga, gedung megah Jakarta International Stadium telah menjadi ikon dan pusat perekonomian yang didominasi oleh usaha mikro, kecil, dan menengah yang akan menghasilkan berbagai produk lokal berkualitas. Namun warga Kampung Bayam terpaksa meninggalkan rumahnya setelah digusur oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk melaksanakan proyek tersebut pada tahun 2019 hingga peresmian kawasan tersebut pada tahun 2022 yang mengakibatkan bangunan mereka rusak dan meminta ganti rugi.

banner 336x280

Warga Kampung Bayam merupakan masyarakat yang merasakan dampak pembangunan ICU pada tahun 2019. Proses pembangunan ICU memaksa sebanyak 642 kepala keluarga atau 1.612 jiwa harus meninggalkan rumah dan kampung halamannya. Warga pun setuju karena sebagai imbalannya mereka ditawari janji rumah susun bayam dan mendapat uang rohani. Konflik ini terjadi karena janji tersebut selama ini tidak dipenuhi sehingga warga menuntut keadilan dan hak-haknya. Pembangunan kampung Rusun Bayam sudah selesai dibangun, namun masih belum layak huni karena masih terkunci. Jadi dimana kuncinya?

Kondisi ini seolah mendera setiap hari warga Kampung Bayam. Setiap hari, padahal seharusnya ada perbaikan dan penyelesaian, situasinya malah semakin buruk. Tempat tinggal warga saat ini berada di atas tanah yang saat ini menjadi milik pemerintah, Jakpro mengklaim warga Kampung Bayam tidak mempunyai hak atas tanah tersebut.

Kebingungan mencari rumah yang layak untuk ditinggali, kesengsaraan karena hak-haknya dirampas, dan kesengsaraan menunggu janji dipenuhi membuat beberapa warga Kampung Bayam nekat membobol apartemen dan tinggal di sana, yang jumlahnya akhirnya 40 KK. . Jakpro melihat hal tersebut dan mengajukan gugatan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku terkait pelanggaran lahan secara ilegal. Sebelumnya Jakpro menawari mereka untuk tinggal di Rusun Nagrak, namun warga menolak tawaran tersebut karena menurut mereka, jauh dari berbagai akses masyarakat seperti pendidikan, kesehatan, pusat perekonomian, dan ada ancaman kehilangan mata pencaharian saat ini, yakni kehilangan tempat tinggal. petani.

Selain pelaporan, warga Kampung Bayam juga mendapat intimidasi, akses menuju Kampung Susun Bayam (KBS) ditutup garis polisi hitam kuning. Belum cukup fasilitas air dan listrik saja yang dihilangkan, kini warga yang masih tinggal di Rumah Susun Bayam (KBS) hidup dalam kondisi memprihatinkan karena kesulitan mendapatkan air dan listrik. Untuk mendapatkan air, mereka membuat sumur gali sendiri kemudian menyaringnya dengan alat penyaring sederhana yang mereka buat sendiri dari ijuk, karena air dari sumur gali tersebut asin, kotor dan keruh karena air hujan.

Kemudian mereka menggunakan instalasi genset untuk menggantikan listrik dan membayar biaya umum setiap bulannya. Meski tidak bisa memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat yang tinggal di sana, mereka menggunakan lilin alternatif sebagai penerangan di malam hari. Selain terbatasnya kebutuhan pokok, kesehatan mental dan fisik mereka pun terancam, terutama anak-anak. Meski air sudah melalui proses penyaringan, namun belum tentu aman bagi kesehatan dan mikroba serta bakterinya pun hilang. Juga terjadi beberapa kali penggerebekan dan adu mulut antara warga dengan aparat keamanan yang mungkin menimbulkan ketakutan bahkan trauma pada anak-anak. negara bagian ini.

Kasus konflik di kampung bayam kali ini berdampak pada perekonomian daerah setempat, menurut BPS jumlah penduduk miskin di wilayah Jakarta Utara pada tahun 2020-2022 masing-masing 123,59 (2020), 132,73 (2021) , 133.73 (2022) berdasarkan Jumlahnya sepertinya terus bertambah. Keadaan ini disebabkan oleh menurunnya pendapatan yang juga menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat. Daya beli merupakan salah satu komponen penting dalam menghitung pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

Penduduk eks kampung bayam merupakan kelompok ekonomi rendah, mayoritas bekerja sebagai buruh seperti penjaga toko, petani perkotaan, dan buruh kasar. Pendapatan warga desa seperti pedagang pun kesulitan, karena kehilangan tempat usaha akibat pembangunan ICU. Sementara itu, banyak juga petani perkotaan yang kehilangan lahan pertanian yang menjadi sumber pendapatan mereka, sehingga mereka menghadapi tantangan besar untuk mempertahankan penghidupan mereka yang sebelumnya terancam, dalam situasi ini mereka bergantung pada pendapatan minimum yang dapat memperburuk perekonomian mereka. , menyebabkan ketidakstabilan, sehingga menyebabkan kemiskinan yang semakin meluas dan tingkat pengangguran yang semakin tinggi akibat rendahnya tingkat pendapatan dan hilangnya sumber penghidupan penduduk. Warga Kampung Bayam merasakan penurunan kualitas hidup yang cukup signifikan akibat dampak tersebut. Bagi mereka, hal ini bukan sekedar penurunan biasa, namun merupakan ancaman serius terhadap pemenuhan kebutuhan pokok yang dapat mengancam eksistensi mereka secara keseluruhan.

Dilaksanakannya pembangunan ICU memberikan dampak terhadap perekonomian masyarakat Kampung Bayam, dimana terjadi perubahan signifikan terhadap kualitas hidup mereka yang menjadi isu penting saat ini. Bahkan Gubernur Jakarta saat ini, Heru Budi, enggan memberikan jawaban pasti atas nasib warga Kampung Bayam sehingga menimbulkan ketakutan. Hingga saat ini, warga Kampung Bayam masih menunggu kepastian atas janji manis yang mereka berikan untuk memperbaiki kondisinya.

Quoted From Many Source

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *